Umbul-Umbul Blambangan

Umbul-Umbul Blambangan

Umbul-Umbul Blambangan dan Eksplorasi Semangat Lokal

Bahasa merupakan bagian integral dari kehidupan manusia dan digunakan untuk menyampaikan pemikiran serta ide dalam berbagai aktivitas. Penggunaan bahasa juga mencerminkan identitas dan budaya suatu komunitas. Di Banyuwangi, penggunaan bahasa, yang dikenal sebagai bahasa Using, merupakan cerminan dari keberagaman seni dan budaya lokal.

Seni-seni tradisional seperti Jinggoan, Hadrah Kuntulan, dan Angklung Caruk tetap hidup dan terus dikembangkan dalam bahasa Using. Meskipun ada berbagai pendapat mengenai sebutan dan karakteristik bahasa ini, seperti dialek Blambangan atau bahasa Using, pentingnya bahasa dalam memahami dan memelihara warisan budaya dan identitas lokal sangat diakui.

Lagu Umbul-Umbul Blambangan merupakan salah satu seni Banyuwangi yang menggunakan bahasa Osing. Lagu yang diciptakan oleh Mbah Andang Chatib Yusuf pada tahun 1974 dinyanyikan oleh banyak orang, terutama masyarakat Banyuwangi dalam acara besar di Kabupaten Banyuwangi. Selama masa jabatan Bupati Samsul Hadi (2000-2005), lagu tersebut ditetapkan sebagai lagu wajib oleh masyarakat Banyuwangi berdasarkan dekrit yang dikeluarkan bertepatan dengan Hari Jadi Banyuwangi pada 18 Desember 2005.

Lirik Lagu Umbul-Umbul Blambangan

Kita dapat mengamati dari kelangsungan hidup lagu tersebut hingga saat ini. Lagu Umbul-Umbul Belambangan selalu dinyanyikan dalam acara resmi di Kabupaten Banyuwangi.

Bul-umbul Belambangan 3x
‘Bendera Belambangan’ 3 x
Umbul-umbul Belambangan eman…
‘Bendera Belambangan sayang’…
He umbul-umbul he Belambangan 2x
‘He Bendera he Belambangan’ 2 x
Belambangan, Belambangan
‘Belambangan, Belambangan’
Tanah Jawa pucuk wetan
‘Tanah Jawa ujung timur’
Sing arep bosen sing arep bosen
‘Tak akan pernah bosan tak akan bosan’
Isun nyebut-nyebut aran ira
‘Aku menyebut namamu’
Belambangan, Belambangan
‘Belambangan, Belambangan’
Membat mayun Paman
‘Mengalun merdu Paman’
Suwarane gendhing Belambangan
‘Suaranya lagu Blambangan’
Nyerambahi nusantara
‘Merambah seluruh nusantara’
Banyuwangi… kulon gunung wetan segara Banyuwangi…
barat gunung timur lautan
Lor lan kidul alas angker
Utara dan selatan hutan angker
keliwat-liwat
Terlebih-lebih…
Belambangan…Belambangan
Belambangan… Belambangan
Aja takon seneng susah kang disangga
Jangan tanya senang susah yang ditanggung
Tanah endah… gemelar ring taman sari nusantara
Tanah indah… terhampar di taman sari nusantara
He…Belambangan… He Belambangan
He… Belambangan … He… Belambangan
Gemelar ring taman sari nusantara
Terhampar di taman sari nusantara
Belambangan he seneng susahe wistah aja takon
Belambangan he senang susah jangan ditanya lagi
Wis pirang-pirang jaman turun temurun yong wis kelakon
Sudah beberapa jaman turun-temurun yang terlewati
Akeh prahara taping langitira magih biru yara
Banyak peristiwa tapi langitmu masih biru
Magih gedhe magih lampeg umbak umbul segaranira
Masih besar masih melimpah ombak lautmu
Belambangan he…gunung-gunungira magih perkasa
Belambangan he… gunung-gunungmu masih perkasa
Sawah lan kebonanira wera magih subur nguripi
Sawah dan ladangmu luas masih subur menghidupi
Aja kengelan banyu mili magih gedhe seumberira
Takkan kesusahan air mengalir masih besar sumbermu
Rakyate magih guyub ngukir lan mbangun sing marimari
Rakyatnya masih kompak mengukir dan membangun tidak selesai-selesai
He Belambangan lir asata banyu segara
He Belambangan jangan surut air laut
Sing bisa asat asih setya baktinisun
Takkan bisa surut kasih setya baktiku
Hang sapa-sapa baen arep nyacak ngerusak
Barang siapapun yang mencoba merusak
Sun belani sun dhepani sun labuhi
Kan ku bela ku hadang ku lakukan
Ganda arume getih Sritanjung yong magih semebrung
Bau harum darah Sritanjung yang masih semerbak
Amuke satria Menakjingga magih murub ring dhadha
Marahnya satria Menak Jinggo masih hidup di dada
Magih kandel kesaktenane Tawang Alun lan Agung Wilis
Masih tebal kesaktiannya Tawang Alun dan Agung Wilis
Magih murub tekade Sayuwiwit
Masih membara tekatnya Sayuwiwit
Lan pahlawan petang puluh lima
Dan pahlawan Empat puluh lima
Ngadega jejeg … ngadega jejeg
Berdirilah tegak Berdirilah tegak
Umbul-umbul Belambangan
Bendera Belambangan
Ngadega jejeg adil lan makmur
Berdirilah tegak adil dan makmur
Nusantara…
Nusantara…

Interpretasi Lagu Umbul Blambangan

Lagu "Umbul-Umbul Belambangan" merupakan contoh tipikal dari lirik lagu daerah Banyuwangi yang menggambarkan kekayaan alam dan identitas kulturalnya. Lagu ini diiringi oleh alat musik gamelan yang khas. Meskipun berasal dari Jawa, musik Banyuwangi memiliki ciri khas yang sedikit berbeda, lebih mirip dengan gamelan Bali daripada gamelan Jawa.

Tanah Jawa pucuk wetan// Banyuwangi… kulon gunung wetan segara// Lor lan kidul alas angker// Tanah endah… gemelar ring taman sari nusantara// Magih gedhe magih lampeg umbak umbul segaranira// Belambangan he…gununggunungira magih perkasa// Sawah lan kebonanira wera magih subur nguripi// Aja kengelan banyu mili magih gedhe seumberira.

Lirik lagu ini menggambarkan secara detail tentang geografi Banyuwangi serta kekayaan alamnya, seperti gunung, sawah, kebun, dan sungai. Semua ini dijadikan sebagai bagian dari identitas Banyuwangi yang kaya akan alamnya.

Rakyate magih guyub ngukir lan mbangun sing mari-mari// Sing bisa asat asih setya baktinisun// Hang sapa-sapa baen arep nyacak ngerusak// Sun belani sun dhepani sun labuhi// Ngadega jejeg adil lan makmur.

Lagu ini juga menyoroti semangat dan kesatuan masyarakat Banyuwangi dalam menghadapi tantangan yang mengancam kesatuan mereka.

Sing bisa asat asih setya baktinisun// Hang sapa-sapa baen arep nyacak ngerusak// Sun belani sun dhepani sun labuhi// Ganda arume getih Sritanjung yong magih semebrung// Amuke satria Menakjingga magih murub ring dhadha// Magih kandel kesaktenane Tawang Alun lan Agung Wilis// Magih murub tekade Sayuwiwit// Lan pahlawan petang puluh lima// Ngadega jejeg … ngadega jejeg.

Umbul-Umbul Blambangan tidak hanya menggambarkan kekayaan alam Banyuwangi, tetapi juga semangat patriotisme tinggi masyarakatnya. Mereka siap mempertahankan dan melindungi wilayahnya dari ancaman karena rasa cinta tanah air yang kuat, yang terinspirasi dari kepahlawanan para pendahulu seperti Sritanjung, Raja Belambangan Menakjinggo, Agung Wilis, dan Sayu Wiwit. Pendirian bendera Pertambangan menjadi simbol penting dari kontribusi masyarakat Banyuwangi untuk kemakmuran dan kemerdekaan Kepulauan.

Selain itu, lagu "Umbul-umbul Blambangan" sangat relevan dengan kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, yang diberi nama Kabinet Pembangunan. Istilah Kabinet Pembangunan adalah identitas bahwa negara berada dalam gerakan untuk membangun. Hal ini sangat relevan dengan lirik lagu Umbul-Umbul Belambangan yang berbunyi "Rakyate magih guyub ngukir lan mbangun sing mari-mari" yang berarti 'Rakyat masih kompak untuk mengukir dan membangun yang belum selesai'. Susunan puisi ini dimaksudkan untuk membangkitkan semangat masyarakat Banyuwangi dalam kesuksesan pembangunan yang dilakukan pada saat itu. Sikap khas masyarakat sangat relevan untuk mendukung program pemerintah pada masa itu.

Kebijakan Identitas Nasional

Sinergi antara regulasi Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2009/No. 40 Tahun 2009 mengenai Pedoman Pelestarian Budaya. DI dalamnya menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam melestarikan budaya nasional bertujuan untuk memenuhi hak asasi manusia, mempromosikan peradaban, persatuan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Hal ini ditegaskan oleh kebijakan di tingkat kabupaten di Banyuwangi. Di bawah kepemimpinan Bupati Samsul Hadi, program Jenggirat Tangi, antara lain, mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 173 Tahun 2002, mengenai Penetapan Gandrung sebagai Maskot Pariwisata Banyuwangi. Dan Surat Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor 147 Tahun 2003, mengenai Pembentukan Tari Jejer Gandrung sebagai Tarian Selamat Datang di Kabupaten Banyuwangi.

Program ini kemudian dilanjutkan oleh Bupati Abdullah Azwar Anas yang dirangkum dalam Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Produk hukum ini secara tidak langsung mendukung pengembangan potensi budaya Osing. Salah satu pengembangan potensi budaya Osing adalah melalui lagu-lagu berbahasa Osing, salah satunya berjudul Umbul-Umbul Belambangan yang diciptakan oleh Andang CY pada tahun 1974.

Selama masa jabatan Bupati Samsul Hadi, lagu ini menjadi lagu yang wajib dinyanyikan dalam acara resmi di Banyuwangi. Andang dengan sengaja menggunakan nama Blambangan bukan Banyuwangi untuk menekankan konsep lokalitas dalam perubahan sosial. Hal ini sama dengan penggunaan istilah Nusantara dalam lirik lagu Umbul-Umbul Blambangan, bukan istilah Indonesia.

Lagu ini dipandang relevan sebagai semangat untuk membangun Banyuwangi sebagai bagian dari Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, makna lagu tersebut bergeser ketika dihubungkan dengan gerakan yang dinyatakan oleh Bupati Samsul Hadi, yaitu "Jenggirat Tangi". Yang bertujuan untuk membangkitkan kembali budaya dan tradisi lokal Using melalui lagu "Umbul-umbul Blambangan". Saat ini, popularitas lagu "Umbul-umbul Blambangan" mengalami pencarian identitas.

Identitas lagu tersebut tidak lagi membuat lagu Umbul-Umbul Blambangan menjadi sumber semangat tetapi menjadi lagu hiburan karena masih diminati oleh pasar. Namun demikian, berbagai deskripsi tentang wilayah dan potensinya, pemimpin lokal dan prestasinya, serta semangat masyarakat memiliki potensi untuk diinternalisasi oleh penonton sebagai pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh oleh penggemar lagu Umbul-Umbul Blambangan bertujuan untuk membentuk sikap dan dorongan untuk mengembangkan semangat dengan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi komunitas lokal untuk mewujudkan kemakmuran bersama secara nasional.

Referensi:
Mustamar, Sunarti, Agustina Dewi, and Zahratul Umniah. "UMBUL-UMBUL BLAMBANGAN CULTURE AND THE NATIONAL IDENTITY POLICY." Proceeding of The International Conference on Literature. Vol. 1. No. 1. 2019.
Wicaksono, Ari. BENTUK LAGU DAN MAKNA SYAIR LAGU UMBUL UMBUL BLAMBANGAN KARYA ANDANG CHATIB SUYUF. Apron Jurnal Pemikiran Seni Pertunjukan Vol 9 No 1 (2021).